Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar nama Crismansyah Rahardi, Virgiawan Listanto, Dewi Murya Agung, Ani Setiawati, Cucu Suryaningsih, Wahyu Setianing Budi dan Rianto. Saya yakin Anda sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut, bukan?
Namun coba jika nama-nama itu saya ubah menjadi Chrisye, Iwan Fals, Dewi Persik, Anisa Bahar, Evi Tamala, Yuni Shara dan Tukul Arwana, kenal nama-nama tersebut?
Tentu tidak sulit bagi kita untuk menjelaskan siapa mereka hanya dalam beberapa detik. Mengapa kita mudah sekali mengingat identitas mereka? Jawabannya ada pada ciri khas dan perbedaan yang kuat dalam diri mereka dibanding yang lainnya.
Misalnya saja Chrisye yang terkenal dengan lagu-lagu melankolik, Iwan Fals dengan lagu balada dan nyanyian penuh kritik sosial, Dewi Persik dan Anisa Bahar yang terkenal sebagai penyanyi dangdut. Evi Tamala dengan suara merdu khas Sunda, Yuni Shara dengan tampilan lembutnya dan Tukul Arwana dengan kekhasan yang tidak dimiliki artis lain.
Jumlah penyanyi artis banyak sekali, tetapi mereka mampu menarik perhatian orang dengan diferensiasi dan ciri khasnya. Nah, ciri khas dan perbedaan yang kuat itu ternyata mampu menciptakan personal branding bagi nama-nama tersebut. Sehingga, mereka menjadi dikenal oleh banyak orang.
Napoleon Hill, penulis dan konsultan bisnis terkenal, pernah mengatakan bahwa yang dibeli konsumen adalah ide dan kepribadian Anda, jauh sebelum produk atau layanan Anda.
Lalu, apa sebenarnya personal branding itu? Dan apa keuntungan kita memiliki personal branding yang kuat?
Personal branding bukan merupakan pilihan. Karena sebenarnya, setiap orang atau perusahaan telah memiliki personal branding. Hanya saja, seberapa besar kekuatan personal branding itu mampu terekam kuat di benak orang lain. Juga, seberapa besar dampak personal personal branding itu, lebih positif atau negatif.
Timothy P. O'Brien, penulis buku The Power of Branding, menjelaskan bahwa personal branding merupakan identitas pribadi yang mampu menciptakan sebuah respon emosional terhadap orang lain mengenai kualitas dan nilai yang dimiliki orang tersebut.
Sebagai contoh, ketika Anda berpikir tentang Ustadz Jefri, apa yang terlintas dalam benak Anda? Seberapa besar value dan kualitasnya menurut Anda? Bagaimana dengan tingkat kepercayaan dan kredibiltas Anda terhadap Ustadz Jefri? Coba bandingkan dengan ustadz lainnya lainnya. Maka akan terlihat diferensiasi yang kuat antara Ust. Jefri dengan penceramah lainnya.
Anda melihat Ust. Jefri sebagai ustadz yang selalu tampil trendi, flamboyan, tampil semangat dan cerdas dalam menjelaskan sesuatu kepada orang lain. Bahkan selalu aktif dalam sosialisasi ilmunya ke masyarakat. Ini berbeda dengan profesi sejenis yang cenderung pasif, karena hanya akan menjawab ketika ada keluhan atau pertanyaan dari audiens atau ada undangan saja.
Nah, ciri khas seperti trendi, flamboyan, selalu semangat, dan cerdas itu yang akhirnya terekam di benak masyarakat sehingga menciptakan personal branding yang kuat bagi Ustadz Jefri. Alhasil, ketika seseorang atau lembaga membutuhkan penceramah untuk mengisi suatu acara terutama untuk menarik pemirsa atau audiens, maka yang pertama diingat atau Top of Mind (TOM) adalah Ustadz Jefri.
Ini berarti, keuntungan terbesar dari personal branding yang kuat adalah TOM, yaitu tingkatan tertinggi memori seseorang terhadap sesuatu.
Dalam bisnis, variabel TOM ini menjadi sangat penting. Mengapa? Karena ketika produk dan perusahaan Anda yang pertama kali diingat konsumen, maka sangat mungkin konsumen akan membeli produk Anda pertama kali. Ini berarti, produk Anda dapat menjadi pemenang. Sebuah impian yang selalu dicita-citakan pebisnis.
Menurut Al ries dan Laura Ries, dalam bukunya 22 Immutable Laws of Branding, proses branding sebagai sebuah umpan balik dari yang ada dalam pikiran orang lain. Karena, branding adalah semua hal yang orang lain pikirkan tentang Anda.
Dengan demikian, untuk membangun personal branding, Anda dapat memulainya dengan mengidentifikasi sebuah emosi yang ingin Anda ciptakan dalam pikiran orang lain atau konsumen Anda. Kemudian, temukan kata atau frase yang dapat mencerminkan emosi tersebut. Dan terakhir, Anda harus konsisten dalam berperilaku, promosi, dan menggunakan kata yang Anda gunakan.
Pertanyaannya, siapa yang membutuhkan personal branding?. Pada saat ini, dimana kompetisi semakin tinggi, maka setiap orang membutuhkan personal branding yang kuat. Apakah Anda seorang dokter, artis, pegawai swasta, atau bahkan politikus.
Cobalah amati, saat ini sudah banyak sekali politikus yang memanfaatkan personal branding untuk menarik massa. Misalnya saja dalam pemilihan kepala daerah akhir-akhir ini. Berbagai program telah dijalankan. Seperti ketika seorang politikus melakukan promosi dengan memasang iklan di televisi, membuat baliho dan memasangnya di sepanjang jalan pantura. Ada yang menampilkan slogan-slogan: hidup adalah perbuatan, generasi baru, yang muda yang berkarya dan lain-lain.
Karena personal branding merupakan persepsi, pendapat atau kesan seseorang terhadap kita, maka tantangan yang muncul sebagai karyawan adalah bagaimana menciptakan persepsi yang sesuai dengan yang kita inginkan.
Banyak hal yang kelihatannya sepele tetapi dapat mempengeraruhi personal brand seseorang. Sebagai contoh, seorang karyawan yang sering terlambat tiba di kantor, secara tidak langsung membuat citra terhadap diri sendiri sebagai tidak disiplin atau malas. Personal brand seperti ini akan mempersulit karyawan tersebut untuk meningkatkan kariernya di perusahaan.
Hal-hal yang positif yang dilakukan karyawan yang sudah mempunyai personal brand yang negatif, bisa saja menjadi tidak terlihat. Begitu juga sebaliknya, kalau kita sudah dapat menciptakan personal brand yang baik dan positif, maka segala urusan akan menjadi lebih mudah.
Untuk memperoleh personal brand yang baik pertama-tama yang dibutuhkan adalah "produk" yang baik. Produk di sini dapat berupa keahlian, attitude, penampilan, cara bicara dan tentu saja yang tidak kalah penting adalah reputasi.
Setelah itu, diperlukan cara mengkomunikasikan reputasi atau produk tersebut.
Dalam hal komunikasi ini terdapat banyak caranya seperti misalnya menulis artikel, menjadi pembicara, mengajar, terlibat dalam organisasi profesi, memiliki online networking atau blog dan sebagainya. Tentu saja kegiatan kiat tersebut perlu dikaitkan dengan talenta dan kesukaan kita. Seseorang yang lebih senang menulis akan lebih memilih menulis artikel dan yang senang sebagai pembicara akan memilih menjadi pembicara.
Dalam persaingan seperti sekarang, personal brand perlu dimiliki sedini mungkin sehingga hal ini dapat mempermudah kita dalam mencari kerja dan mengembangkan karier kita. Personal brand merupakan asset pribadi yang sangat berharga. Selamat menciptakan personal brand bagi diri Anda. [js]
diambil dari: http://jumadisubur.com/
Selengkapnya...